BABI
PENDAHULUAN
|
hidrosefalus |
Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan
volume dari cairan serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan
ruang subarakhnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi dari
cairan serebrospinalis. Secara keseluruhan insiden dari hidrosefalus
diperkirakan mendekati 1:1000. Sedangkan insiden hidrosefalus kongenital
bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang berbeda.Hershey BL mengatakan
kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah kongenital yang biasanya
sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus mulai tampak setelah umur
6 bulan biasanya bukan oleh karena kongenital.Mujahid Anwar dkk
mendapatkan 40-50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan
4 mengalami hidrosefalus. Pongsakdi Visudiphan dkk pada penelitiannya
mendapatkan 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis tuberkulosa mengalami
hidrosefalus, dengan catatan 8 anak dengan hidrosefalus obstruktif dan
26 anak dengan hidrosefalus komunikans. Hidrosefalus yang terjadi
sebagai komplikasi meningitis bakteri dapat dijumpai pada semua usia,
tetapi lebih sering pada bayi dari pada anak-anak. Berdasarkan catatan
medik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Denpasar dari 1991 s/d
Desember 1993 telah dirawat 21 penderita hidrosefalus di mana 4
diantaranya adalah hidrosefalus kongenital. (
www.dexa-medica.com )
Hidrosefalus bisa didapat seseorang sejak lahir (kongenital) atau pada
umur berikutnya dan bahkan setelah dewasa. Yang tersering didapat adalah
pada kongenital. Penyebabnya antara lain ada saluran yang tersumbat,
infeksi, tumor otak, trauma kepala, radang otak, stroke. Kasus
hidrosefalus dari sejak waktu lahir terbanyak sekitar 4-5 per 1000
kelahiran. (
www.replubika.co.id )
Direktur Utama RS Elisabeth, Semarang dr Benedictus Sugiyanto
menyatakan, sejauh ini belum ada penelitian mengenai penyebab penyakit
hidrosefalus. (Kompas, 11/10/2003). Penyakit ini diderita anak sejak
dilahirkan. Jadi, faktor ibu memegang peran utama penyebab hidrosefalus.
Selama ini diyakini faktor kekurangan gizi ibu selama hamil, konsumsi
obat-obatan tertentu, serta virus toksoplasma dan cetomegalopus menjadi
penyebab penyakit hidrosefalus. (Copyright © 2002 Harian KOMPAS)
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. (
www.dexa-medica.com ).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan volume dari
cairan serebrospinal (CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruang
subarakhnoid. (www.anglefire.com)
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal). Gangguan itu
menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
vital. (Kompas, 2002)
Hidrosefalus merupakan suatu gejala dari berbagai proses di dalam kepala
yang menyebabkan terkumpulnya cairan otak secara berlebihan di dalam
rongga ventrikel pada otak ( Lindra, 2005 by www.yahoo.com, )
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan di dalam ventrikel otak (rongga di
dalam otak -- Red). Pasien yang menderita hidrosefalus mengalami
penumpukan cairan otak yang tidak normal. (www.replubika.co.id)
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis (CCS) dengan tekanan intracranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya
CCS. (Ngastiyah, 2003 )
Hidrosefalus adalah jumlah CSS dalam rongga serebrospinal yang
berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan
saraf. (Price and Wilson, 1995)
Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani : Hidro artinya air, Sefalus
adalah kepala. Hidrosefalus adalah penimbunan cairan di ruang yang
secara normal terdapat dalam otak. Cairan yang dimaksud adalah cairan
yang normal ada dalam otak dan dikenal sebagai cairan otak, sedangkan
ruang yang terdapat dalam otak dikenal sebagai ventrikel.
(www.balita-anda.indoglobal.com)
Disebabkan oleh penghasilan cecair CSF yang berterusan, apabila
pengalirannya terhalang, ia akan mula berkumpul di bahagian permulaan
dari tempat halangan. Seterusnya, apabila penghasilan cecair semakin
bertambah, ia akan menyebabkan ventrikel membesar dan meningkatkan
tekanan di dalam kepala. Keadaan inilah yang dikenali sebagai
HIDROSEFALUS. (www.nam.org)
Hidrosefalus, adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran
cairan (cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut
bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di
sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. (Kompas, 2002)
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalir CSS. ( IKA, 1985 )
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209).
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal dan adanya tekanan intrakranial (TIK)
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan
likuor (Depkes RI, 1989).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder,
sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan
tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
B. Anatomi dan Fisiologi
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari
system ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid
yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Hubungan antara system
ventrikel dan ruang subaraknoid adalah melalui foramen Magendie di
median dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV.
Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen
Monroi ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan
Magendie ke dalam ruang subaraknoid melalui sisterna magna. Penutupan
sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem
kapiler.
CSS yang berada di ruang subarakhnoid, merupakan cairan yang bersih dan
tidak berwarna. Merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan
otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Pada
orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak
sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104
ml) dan darah sekitar 150 ml.
C. Klasifikasi/ Macam-Macam Hidrosefalus
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan,
sehingga ; Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak
oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya
adalah penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang
otak dimana pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat
pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab
adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus
kongenital denga di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan
otak dan kemungkinan prognosanya..
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagianyaitu :
1. Hidrosefalus Komunikans
Pada hidrocefalus komunikan terdapat hubungan yang baik diantara
ventrikel dengan ruang subarakhnoidal di daerah lumbal. Hidrocefalus
komunikan dapat disebabkan oleh pleksus koroideus neonatus yang
berkembang berlebihan sehingga lebih banyak cairan yang terbentuk
daripada yang direabsorbsi oleh vili subarachnoidalis.
2. Hidrosefalus Nonkomunikans/ obstruktif.
Penyakit ini dinamai pula hidrocefalus obstruktif, yang jelas
menunjukkan tidak adanya hubungan antara ventrikel dengan ruang
subarachnoidal di lumbal. Penyebab hidrocefalus nonkomunikan ini adalah
penyempitan pada akuaduktus Sylvii congenital; oleh karena cairan
dibentuk oleh pleksus koroideus dari kedua ventrikel dan ventrikel
ketiga, maka volume ketiga ventrikel tersebut menjadi membesar. Hal ini
menyebabkan penekanan otak terhadap tengkorak sehingga otak menjadi
tipis.
Suatu cara untuk membedakan hidrocefalus komunikan dengan nonkomunikan
adalah dengan jalan mengukur tekanan likuor dalam ventrikulus lateralis
dan tekanan likuor di kantong lumbal secara bersamaan
D. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam system ventrikel dan
tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi
dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat dan
terdapat dalam klinik ialah foramen Monroi, foramen Luschka dan
Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Teoritis pembentukan CSS
yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan
meyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang
terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada
adenomata pleksus koroidalis.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
1. Kelainan bawaan (Kongenital)
Disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim (misalnya Malformasi aqrnold-Chiari atau infeksi intrauterinea.
a. Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60% -
90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau
abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat
sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah
lahir.
b. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom
Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata
dan sereblum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga
terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia kongenital foramen Luschka dan Magendie dengan akibat
hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama
ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista
yang besar di daerah fosa posterior.
d. Kista arakroid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
e. Anomali pembuluh darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidosefalus akibat
areurisma-arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan
vena Galeni atau sinus transversus akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi
obliterasi ruangan subaraknoid. Lebih banyak hidrosefalus terdapat pasca
meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis
terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna
basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan
meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika
dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya
lebih besar.
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi disetiap tempat
aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan
apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan
paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada
anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus
Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
sereblum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya
disebabkan suatu kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan
sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjadi akibat orgisasi dari darah itu sendiri.
B. patofisiologi
Untuk memahami kondisi Hidrosefalus, sebuah pengertian dari kedinamisan
CSS dan hubungan antara bentuk ventrikular yang bervariasi dan ruang
subaraknoid adalah penting. Kedua mekanisme yang dibentuk oleh CSS
antara lain sekresi pleksus koroid dan saluran limfa oleh cairan
ekstraselular otak. CSS bersirkulasi melalui sistem ventrikular dan
kemudian diserap ke dalam ruang subaraknoid oleh sebuah mekanisme yang
tidak pernah habis sama sekali.
Sirkulasi ventrikular. CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui
foramen Monro menuju ventrikel yang ketiga, tempat dimana cairan
tersebut menyatu dengan cairan yang telah disekresi ke ventrikel ketiga.
Dari sana CSS mengalir melalui akueduktus Sylvii menuju ventrikel
keempat, tempat dimana cairan lebih banyak dibentuk, kemudian cairan
tersebut akan meninggalkan ventrikel keempat melewati foramen Luschka
lateral dan garis tengah foramen Magendie dan mengalir menuju sisterna
magna. Dari sana CSS mengalir ke serebral dan ruang subaraknoid
serebellum, dimana cairan akan diabsorpsi. Sebagian besar diabsorpsi
melalui villi araknoid, tetapi sinus, vena, substansi otak dan dura juga
berperan dalam absorpsi.
Mekanisme keseimbangan cairan. Penyebab Hidrosefalus bervariasi, tetapi
sebagai akibatnya bisa berupa : kerusakan absorpsi CSS dalam ruang
subaraknoid (Hidrosefalus berkomunikasi), atau obstruksi aliran CSS
melalui sistem ventricular (Hidrosefalus tidak berkomunikasi). Jarang
tumor dari fleksus koroid menyebabkan meningkatnya sekresi CSS.
Ketidakseimbangan dan absorpsi menyebabkan meningkatnya akumulasi CSS
pada ventrikel, yang akan mengalami dilatasi dan menekan substansi otak
untuk melawan sekitar tulang keras kranial. Jika hal ini terjadi sebelum
terjadi fusi sutura kranial, hal tersebut akan memicu pembesaran
tengkorak sebaik dilatasi dari ventrikel tersebut. Pada anak dengan usia
di bawah 10 – 12 tahun yang sebelumnya garis sututranya menutup,
terutama sutura sagitalis, dapat menjadi terbuka.
Kebanyakan kasus Hidrosefalus tidak berkomunikasi merupakan akibat dari
perkembangan malformasi. Walaupun kerusakannya biasanya nyata kelihatan
pada bayi, tetapi itu dapat terjadi sewaktu – waktu dari periode
prenatal hingga anak – anak akhir atau dewasa dini. Penyebab lain
meliputi neoplasma, infeksi intrauterine, dan trauma. Obstruksi pada
aliran normal dapat terjadi pada beberapa aliran CSS untuk menghasilkan
peningkatan tekanan dan dilatasi dari aliran proksimal ke tempat
terjadinya obstruksi.
Gangguan perkembangan (misalnya malformasi Arnold – Chiari, akuaduktus
stenosis, akuaduktus gliosis, dan atresi foramen Luschka dan Magendie)
dilaporkan kasus Hidrosefalus paling banyak adalah dari usia 2 tahun.
Malformasi Dany – Walker menunjukkan adanya gangguan dari garis tengah
susunan syaraf pusat yang merupakan indikasi faktor genetik dan
etiologik. Dicatat bahwa anak perempuan 3 kali lebih dominan.
Hidrosefalus seringkali dihubungkan dengan Mielomeningokel yang
seharusnya diamati perkembangannya pada bayi. Pada kasus yang masih
tersisa terdapat riwayat infeksi intrauterin (toksoplasmosis,
sitomegalovirus), perdarahan perinatal (anoksik atau traumatik), dan
meningoensepalitis neonatal (bakteri atau virus). Pada anak yang lebih
tua, Hidrosefalus lebih sering diakibatkan oleh adanya massa (Anomali
vascular, kista, tumor), infeksi intrakranial, trauma atau perdarahan.
Malformasi Arnold – Chairi (ACMS). Merupakan kerusakan otak yang
mencakup fossa posterior, terdiri dari 2 subkelompok. Tipe I secara khas
menimbulkan gejala saat remaja atau kehidupan dewasa dan biasanya tidak
disertai dengan Hidrosepalus. Penderita ini mengeluh nyeri kepala
berulang, nyeri leher, sering kencing, spastisitas tungkai bawah
progresif. Meskipun patogenesisnya belum diketahui, teori yang berlaku
menunjukkan bahwa obstruksi bagian kaudal ventrikel keempat selama
perkembangan janin adalah yang menjadi penyebab. Malformasi Chairi tipe
II ditandai dengan Hidrosefalus dan Meningomeningokel. Ditandai dengan
herniasi otak kecil, medulla, spons dan ventrikel keempat ke dalam kanal
spinal servikal melalui pelebaran foramen magnum. Akibat obstruksi
aliran CSS menyebabkan Hidrosefalus.
C. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus
kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah
35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama
tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi
terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa.
Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas.
Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping
kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).
2. Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai
manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas.
Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti
penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada
pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
1. Bayi
- Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
- Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
- Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial: muntah, gelisah,
menangis dengan suara ringgi, peningkatan sistole pada tekanan darah,
penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan
pupil, lethargi – stupor.
- Peningkatan tonus otot ekstrimitas
- Tanda – tanda fisik lainnya ;
• Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas.
•Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah – olah di atas iris.
• Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
• Strabismus, nystagmus, atropi optik.
• Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
2. Anak yang telah menutup suturanya:
Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :
- Nyeri kepala
- Muntah
- Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
- Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
- Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
- Strabismus
- Perubahan pupil..
D. Therapi/Tindakan Penanganan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal
dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan
subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR, 1972)
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
4. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis.
5. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubungakan dengan
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
6. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES
(1978) mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro
dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.
7. Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus
khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya.
E. Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. Kerusakan otak
4. Retardasi mental
5. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
6. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
7. Kerusakan jaringan saraf
8. Proses aliran darah terganggu
F. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan utama:
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
bergantung seberapa jauh dampak dari hidrosefalus pada peningkatan
tekanan intracranial, meliputi muntah, gelisah nyeri kepala, letargi,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, dan kontriksi
penglihatan perifer.
Riwayat penyakit sekarang:
Adanya riwayat infeksi (biasanya riwayat infeksi pada selaput otak dan
meningens) sebelumnya. Pengkajian yang didapat meliputi seorang anak
mengalami pembesaran kepala, tingkat kesadaran menurun (GCS <15),
kejang, muntah, sakit kepala, wajahnya tanpak kecil cecara
disproposional, anak menjadi lemah, kelemahan fisik umum, akumulasi
secret pada saluran nafas, dan adanya liquor dari hidung. A danya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran akibat adanya perubahan
di dalam intracranial. Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi.
Riwaya penyakit dahulu:
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hidrosefalus
sebelumnya, riwayat adanyanya neoplasma otak, kelainan bawaan pada otak
dan riwayat infeksi.
Riwayat perkembangan
Kelahiran premature. lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis
keras atau tidak. Riwayat penyakit keluarga, mengkaji adanya anggota
generasi terdahulu yang menderita stenosis akuaduktal yang sangat
berhubungan dengan penyakit keluarga/keturunan yang terpaut seks.
Pengkajian psikososiospritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang
tua) untuk menilai respon terhadap penyakit yang diderita dan perubahan
peran dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengruhnya dalam
kehidupan sehari-hari. Baik dalam keluarga maupun masyarakata. Apakah
ada dampak yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul seperti
ketakutan akan kecatatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal.
Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Perspektif perawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah:
keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungan
dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung
adaptasi pada gangguan neurologis didalam system dukungan individu.
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Pada keadaan hidrosefalus umumnya mengalami penurunan kesadaran (GCS <15) dan terjadi perubahan pada tanda-tanda vital.
B1(breathing)
Perubahan pada system pernafasan berhubungan dengan inaktivitas. Pada
beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari system ini akan
didapatka hal-hal sebagai berikut:
Ispeksi umum: apakah didapatkan klien batuk, peningkatan produksi§
sputum, sesak nafas, penggunaan otot batu nafas, dan peningkatan
frekuensi pernafasan. Terdapat retraksi klavikula/dada, mengembangan
paru tidak simetris. Ekspansi dada: dinilai penuh/tidak penuh, dan
kesimetrisannya. Pada observasi ekspansi dada juga perlu dinilai
retraksi dada dari otot-otot interkostal, substernal pernafasan abdomen
dan respirasi paraddoks(retraksi abdomen saat inspirasi). Pola nafas ini
terjadi jika otot-otot interkostal tidak mampu menggerakkan dinding
dada.
Palpasi: taktil primitus biasanya seimbang kanan an kiri
Perkusi: resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: bunyi nafas tambahan, seperti nafas berbunyi stridor, ronkhi
pada klien dengan adanya peningkatan produksi secret dan kemampuan
batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien hidrosefalus dengan
penurunan tingkat kessadaran.
B2 (Blood)
Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan homeostasis tubuh
dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi brakikardia
merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak. Kulit kelihatan
pucat merupakan tanda penurunan hemoglobin dalam darah. Hipotensi
menunjukan adanya perubaha perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari
suatu syok. Pada keadaan lain akibat dari trauma kepala akan merangsang
pelepasan antideuretik hormone yang berdampak pada kompensasi tubuh
untuk melakukan retensi atau pengeluaran garam dan air oleh tubulus.
Mekanisme ini akan meningkatkan konsentrasi elektroloit sehingga
menimbulkan resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada
system kardiovaskuler.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
disbanding pengkajian pada system yang lain. Hidrosefalus menyebabkan
berbagai deficit neurologis terutama disebabkan pengaruh peningkatan
tekanan intracranial akibat adanya peningkatan CSF dalam sirkulasi
ventrikel.
Kepela terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh. Hal ini
diidentifikasi dengan mengukur lingkar kepala suboksipito bregmatikus
disbanding dengan lingkar dada dan angka normal pada usia yang sama.
Selain itu pengukuuran berkala lingkar kepala, yaitu untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal. Ubun-ubun
besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, teraba tegang atau
menonjol, dahi tampak melebar atau kulit kepala tampak menipis, tegang
dan mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.
Satura tengkorak belum menutup dan teraba melebar. Didapatkan pula
cracked pot sign yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi
kepala. Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan dan penipisan tulang
subraorbita. Sclera tanpak diatas iris sehingga iris seakan-akan
matahari yang akan terbenam atau sunset sign.
Pengkajian tingkat kesadaran
Tingkat keterrjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah
indicator paling sensitive untuk disfungsi system persarafan. Gejala
khas pada hidrosefalus tahap lanjut adalah adanya dimensia. Pada keadaan
lanjut tingkat kesadaran klien hidrosefalus biasanya berkisar pada
tingkat latergi, stupor, semikomatosa sampai koma.
Pengkajian fungi serebral, meliputi:
Status mental. Obresvasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien. Pada klien hidrosefalus
tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan. Pada bayi
dan anak-anak pemeriksaan statuss mental tidak dilakukan.
Fungsi intelektual. Pada beberapa kedaan klien hidrosefalus didapatkan
penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Pada pengkajian anak, yaitu sering didapatkan penurunan dalam
perkembangan intelektual anak dibandingkan dengan perkembangan anak
normal sesuai tingkat usia.
Lobus frontal. Kerusakkan fungsi kognitif dan efek psikologik didapatkan
jika jumlah CSS yang tinggi mengakibatkan adanya kerusakan pada lobus
frontal kapasitas, memori atau kerusakan fungsi intelektual kortikal
yamg lebih tinggi. Disfungsi ini dapat ditunjukka pada lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang
menyebabka klien ini menghadapi masalah frustasi dalam program
rehabilitasi mereka.pada klien bayi dan anak-anak penilaian disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak.
Pengkajin saraf cranial, meliputi:
Saraf I (Olfaktori). Pada beberapa keaaan hidrosefalus menekan anatomi
dan fisiologis saraf ini klien akan mengalami kelainan padda fungsi
penciuman/ anosmia lateral atau bilateral.
Saraf II (Optikus): pada nak yang agak besar mungkin terdapat edema pupil saraf otak II pada pemeriksaan funduskopi.
Saraf III, IV dan VI (Okulomotoris, Troklearis, Abducens): tanda dini§
herniasi tertonium addalah midriasis yang tidak bereaksi pada penyinaran
. paralisis otot-otot ocular akan menyusul pada tahap berikutnya.
Konvergensi sedangkan alis mata atau bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas,. Strabismus, nistagmus, atrofi optic sering di dapatkan
pada nanak dengan hidrosefalus.
Saraf V (Trigeminius):
karena terjadinya paralisis saraf trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah atau menetek.
Saraf VII(facialis): persepsi pengecapan mengalami perubahan
Saraf VIII (Akustikus): biasanya tidak didapatkan gangguan fungsi pendengaran.
Saraf IX dan X( Glosofaringeus dan Vagus): kemampuan menelan kurang baik, kesulitan membuka mulut
Saraf XI (Aksesorius): mobilitas kurang baik karena besarnya kepala menghambat mobilitas leher klien
Saraf XII (Hipoglosus): indra pengecapan mengalaami perubahan.
Pengkajian system motorik.
Pada infeksi umum, didapatkan kelemahan umum karena kerusakan pusat pengatur motorik.
Tonus otot. Didapatkan menurun sampai hilang§
Kekuatan otot. Pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot didapatkan penurunan kekuatan otot-otot ekstermitas.
Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam berjalan.
Pengkajian ferleks.
Pemeriksaan reflex profunda, pengetukan pada tendo, ligamentum atau
periosteum derajat reflex pada rrespon normal. Pada tahap lanjut,
hidrosefalus yang mengganggu pusat refleks, maka akan didapatkan
perubahan dari derajat refleks. Pemeriksaan refleks patologis, pada fase
akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan
refleks patologis.
Pengkajian system sensorik.
Kehilangan sensori karena hidrosefalus dapat berupa kerusakan sentuhan
ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi
(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta
kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan
auditorius.
B4 (Bledder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Peningkatan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunya perfungsi pada ginjal.
Pada hidrosefalus tahap lanjut klien mungkin mengalami inkontensia urin
karena konfusi, ketidak mampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidak
mampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
system perkemihan karena kerusakan control motorik dan postural.
Kadang-kadang control sfingter urinarius eksternal hilang atau steril.
Inkontensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, serta
mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah akibat peningkatan
produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.
Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic
usus. Adanya kontensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakann
neurologis luas.
Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan peniaian ada tidaknya lesi
pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
Pemeriksaan bising usus untuk untuk menilai keberadaan dan kualitas
bising usus harus dikaji sebelum melakukan palpasi abdomen. Bising usus
menurun atau hilang dapat terjadi pada paralitik ileus dan peritonitis.
Lakukan observasi bising usus selama ± 2 menit. Penurunan motilitas usus
dapat terjadi akibat tertelanya udara yang berasal dari sekitar selang
endotrakeal dan nastrakeal.
B6 (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan fisik umum, pada bayi
disebabkan pembesaran kepala sehingga menggangu mobilitas fisik secara
umum. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgon kulit. Adanya
perubahan warna kulit; warna kebiruaan menunjukkan adanya sianosis
(ujung kuku, ekstermitas,telingga, hidung, bibir dan membrane mukosa).
Pucat pada wajah dan membrane mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya
kadar hemoglobinatau syok. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan
adanyadamam atau infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi dan
dekubitus. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralisis/hemiplegia, mudah lelah menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan istiraha.
Pemeriksaan diagnostic
CT scan (dengan atau tanpa kontras): mengidentifikasi luasnya lesi,§
perdarahan, determinan, ventrikuler dan perubahan jaringan otak.
MRI: digunakan sama denga CT scan dengan atau tanpa kontras radioaktif
Rongen kepala: mendeteksi perubahan struktur garis sutura.
Pemeriksaan CSS dan Lumbal pungsi: dapat dilakukan jika diduga terjadi§
perdarahan subarachoid. CSS dengan atau tanpa kuman dengan kultur yaitu
protein LCS normal atau menurun, leukosit meningkat/ tetap, dan glukosa
menurun atau tetap
Pengkajian Penatalaksanaan medis
1. Tirah baring total, bertujuan untuk mencegah resiko/gejala
peningkatan TIK, untuk mencegah resiko cedera dan mencegah gangguan
neurologis
2. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
3. Pemberian obat-obatan
Deksametason sebagai pengobatan antiedema serebral, dosis sesuai berat ringannya truma.
Pengobatan antii edema, larutan hipetonis, yaitu manitol 20% atau glukosa 40 % atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole.
Makanan atau cairan, jika muntah dapat diberikan cairan infuse dekstrosa 5% 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
Beberapa teknik pengobatan yang telah dikembangkan meliputi penurunan§
produksi LCS dengan merusak sebagian fleksus (koroidalis).
C. Diagnose keperawatan
1. Resiko tinggi peningktan tekana intracranial b.d peningkatan jumlah cairan serebrospinal.
2. Bersihan jalan nafar tidak efektif b.d penumpukan sputum, peningkatan
sekresi secret dan penurunan volume batuk sekunder akibat adanya nyeri
dan keletiha, ketidak mampuan batuk/batuk produktif.
3. Nyeri yang berhubunngan dengan peningkatan tekanan intracranial.
4. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolism.
5. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kejang
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan misinterpretasi informasi,
ttidak mengenal sumber-sumber informasi, ketegangan akibat krisis
situasional
7. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisas, tiak adekuatnya sirkulasi perifer.
8. Resiko deficit cairan dan elektrolit b. dmuntah, asupan cairan kurang, peningkatan metabolise.
9. Ansietas keluarga b.d keadaan yang kritis pada klien.
10. Resiko tinggi infeksi b.d port’d’ entere organism sekunder akibat truma.
d. Intervensi Keperawatan
Dx 1. Resiko tinggi peningktan tekana intracranial b.d peningkatan jumlah cairan serebrospinal.
Tujuan: Setelah dilakukan atau diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam klien tidak mengalami peningkatan TIK.
Kriteria hasil: Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah,
GCS 4,5,6 tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi
1. Kaji factor penyebab dari keadaan individu/penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.
R/: deteksi dini untuk memperioritaskan intervensi , mengkaji status
neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan
atau tindakan pembedahan.
2. Monitor tanda-tanda vital tiap 4jam
R/: Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik
atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari
autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi local
vaskularisasi darah serebral. Adanya peningkatan tekanan darah,
bradhikardi, distritmia, dispnia merupakan tanda terjadinya peningkatan
TIK.
3. Evaluasi pupil
R/: Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak.
4. Monitor temperature dan pengaturan suhu lingkungan
R/: Panas merupakan refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan mertabolisme dan oksegen akan menunjang peningkatan TIK.
5. Pertahankan kepala / leher pada posisi yang netral, usahakan dengan
sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala
R/: perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada
vena jugularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat drainase
pada vena serebral), untuk itu dapat meningkatkan TIK
6. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.
R/: tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek rangsangan komulatif.
7. Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti massase
punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana atau
pembicaraan yang tidak gaduh.
R/: memberikan suasana yang tenang (colming effect) dapat mengurangi
respons psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahan TIK yang
rendah.
8. Cegah atau hindari terjadinya valsava maneuver.
R/: mengurangi tekanan intra torakal dan intraabdominal sehingga menghindari peningkatan TIK.
9. Bantu pasien jika batuk, muntah.
R/: aktivitas ini dapat meningkatkan intra thorak atau tekanan dalam
thorak dan tekanan dalam abdomen dimana aktivitas ini dapat meningkatkan
tekanan TIK.
10. Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku oada opagi hari.
R/: tingkat non verbal ini meningkatkan indikasi peningkatan TIK atau
memberikan refleks nyeri dimana pasien tidak mampu mengungkapkan keluhan
secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK
11. Palpasi pada pembesaran atau pelebaran blader, peertahgankanb
drainase urine secara paten jika digunakan dan juga monitor terdapatnya
konstipasi.
R/: dapat meningkatkan respon automatic yang potensial menaikan TIK
12. Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan orangtua tentang sebab akibat TIK meningkat.
R/: meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan perawatan klien dan m engurangi kecemasan
13. Observasi tingkat kesadaran dengan GCS
R/: perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna menentukan lokasi dan perkembangan penyakit.
14. Kolaborasi :
Pemberian oksigen sesuai indikasi
R/: Mengurangi hipoksemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi serebral dan volume darah dan menaikkan TIK
Berikan cairan intravena sesuai dengan yang di indikasikan
R/: Pemberian cairan mungkin diinginkan untuk mengurangi edema
serebral, meningkatkan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah, dan
TIK.
Berikan obat osmotic diuretic, conytohnya manitol, furosid.
R/: diuretik mungkin digunakan pada vase akut untuk mengalirkan air dari brain cells, dan mengurangi edema serebral dan TIK.
Berikan sterioid, contohnya deksametason, metal prednisolon
R/: untuk menurunkan inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan
Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi seperti prothombin, LED.
R/: membantu memberikan informasi tentang efektivitas pemberian obat.
Dx2: Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan intracranial, terpasang shunt .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala membesar
Tujuan :Setelah dilaksakan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri kepala klien hilang.
Kriteria hasil: pasien mengatakan nyeri kepala berkurang atau hilang
(skala nyeri 0), dan tampak rileks, tidak meringis kesakitan, nadi
normal dan RR normal.
Intervensi :
1. Kaji pengalaman nyeri pada anak, minta anak menunjukkan area yang
sakit dan menentukan peringkat nyeri dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak
nyeri, 5 = nyeri sekali)
R/: Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.
2. Bantu anak mengatasi nyeri seperti dengan memberikan pujian kepada
anak untuk ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani
dengan baik.
R/: Pujian yang diberikan akan meningkatkan kepercayaan diri anak untuk
mengatasi nyeri dan kontinuitas anak untuk terus berusaha menangani
nyerinya dengan baik.
3. Pantau dan catat TTV.
R/: Perubahan TTV dapat menunjukkan trauma batang otak.
4. Jelaskan kepada orang tua bahwa anak dapat menangis lebih keras bila
mereka ada, tetapi kehadiran mereka itu penting untuk meningkatkan
kepercayaan.
R/: Pemahaman orang tua mengenai pentingnya kehadiran, kapan anak harus
didampingi atau tidak, berperan penting dalam menngkatkan kepercayaan
anak.
5. Gunakan teknik distraksi seperti dengan bercerita tentang dongeng menggunakan boneka, nafas dalam, dll.
R/: Teknik ini akan membantu mengalihkan perhatian anak dari rasa nyeri yang dirasakan.
Dx.3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan perubahan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolism.
Tujuan: Setelah dilaksakan asuhan keperawatan 1x 24 jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan
Kriteria hasil: tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari berat awal, tidak adanya mual-muntah.
Intervensi :
1. Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah mengunyah makanan.
R/: Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan meninbulkan mual.
2. Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung.
R/: Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban saluran
pencernaan. Saluran pencernaan ini dapat mengalami gangguan akibat
hidrocefalus.
3. Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein/ kalori yang disajikan pada saat individu ingin makan.
R/: Agar asupan nutrisi dan kalori klien adeakuat.
4. Timbang berat badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah berkemih pertama.
R/: Menimbang berat badan saat baru bangun dan setelah berkemih untuk
mengetahui berat badan mula-mula sebelum mendapatkan nutrient
5. Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat.
R/: Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai indikasi dan kebutuhan kalorinya.
6. Makanan atau cairan, jika muntah dapat diberikan cairan infuse dekstrosa 5% 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
e. Pelaksanaan /implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan anak dengan hydrosefhalus didasarkan pada rencana yang telah ditentukan dengan prinsip :
Mempertahankan perfusi jaringan serebral tetap adequat
Mencegah terjadinya injuri dan infeksi
Meminimalkan terjadinya persepsi sensori
Mengatasi perubahan proses keluarga dan antisipasi berduka
f. Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing
diagnosa keperawatan sehingga :
• Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan)
• Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)
• Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan pengkajian ulang & intervensi dirubah).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209).
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam system ventrikel dan
tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi
dilatasi ruangan CSS di atasnya.
Klasifikasi/ Macam-Macam Hidrosefalus
1. Kongenital
2. Di dapat
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagianyaitu :
1. Hidrosefalus obstruktif/non komunikans
2. Hidrosefalus Komunikans
B. SARAN
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih
banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer. A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. EGC: Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia. Buku kuliah 2 Ilmu kedokteran: EGC
Ngoerah, I Gusti Ngoerah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC