BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Istilah dermatitis seboroik (D.S.)dipakai untuk
segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan
bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. Penyakit ini sering kali
dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (seborrhea) dari kulit
kepala dan daerah muka serta batang tubuh yang kayaakan folikel sebaceous.
Dermatitis seboroik sering ditemukan dan biasanya mudah dikenali.Kulit yang
terkena biasanya berwarna merah muda (eritema), membengkak, ditutupi
dengansisik berwarna kuning kecoklatan dan berkerak. Penyakit ini dapat mengenai
semua golonganumur, tetapi lebih dominan pada orang dewasa. Pada orang dewasa
penyakit ini cenderung berulang, tetapi biasanya dengan mudah
dikendalikan. Kelainan ini pada kulit kepala umumnya dikenal sebagai ketombe pada
orang dewasa dan “keluar saraf’ (cradle cap) pada bayi.
1.2 Rumusan masalah
Makalah asuhan keperawatan
ini membahas tentang definisi, etiologi,
klasifikasi, tanda, gejala, pemeriksaan penunjang dan patofisiologi dengan gangguan
dermatitis seborik.
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi, anatomi, fisiologi,
epidemiologi, patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, terapi
dan komplikasi dermatitis seborik.
2. Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di
dalam bidang keperawatan.
3. Memenuhi salah satu tugas sistem imun
dan hematologi di jurusan d3 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Dermatitis
seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh
berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik dan
superfisial, didasari oleh faktor konstitusi.
Dermatitis
seborik (DS) atau seborrheic eczema merupakan penyakit yang umum, kronik dan,
dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus,
berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah
inflamasi pada kulit kepala, muka, serta telinga.
2.2
Etiologi
Etiologi
dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun demikian berbagai macam faktor
seperti faktor hormonal, infeksi jamur, kekurangan nutrisi, faktor neurogenik
diduga berhubungan dengan kondisi ini. Menurut Djuanda (1999) faktor
predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik.
Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan kenapa kondisi ini dapat mengenai bayi, menghilang secara spontan dan kemudian muncul kembali setelah pubertas. Pada bayi dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun.
Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan kenapa kondisi ini dapat mengenai bayi, menghilang secara spontan dan kemudian muncul kembali setelah pubertas. Pada bayi dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun.
Faktor
lain yang berperan adalah terjadinya dermatitis seboroik berkaitan dengan
proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit sebagai flora normal.
Ragi genus ini dominan dan ditemukan pada daerah seboroik tubuh yang mengandung
banyak lipid sebasea (misalnya kepala, tubuh, punggung). Selden (2005)
menyatakan bahwa Malassezia tidak menyebabkan dermatitis seboroik tetapi
merupakan suatu kofaktor yang berkaitan dengan depresi sel T, meningkatkan
kadar sebum dan aktivasi komplemen. Dermatitis seboroik juga dicurigai
berhubungan dengan kekurangan nutrisi tetapi belum ada yang menyatakan alasan
kenapa hal ini bias terjadi.
Pada
penderita gangguan sistem syaraf pusat (Parkinson, cranial nerve palsies, major
truncal paralyses) juga cenderung berkembang dermatitis seboroik luas dan sukar
disembuhkan. Menurut Johnson (2000) terjadinya dermatitis seboroik pada
penderita tersebut sebagai akibat peningkatan timbunan sebum yang disebabkan
kurang pergerakan. Peningkatan sebum dapat menjadi tempat berkembangnya P.
ovale sehingga menginduksi dermatitis seboroik. Faktor genetik dan lingkungan
dapat merupakan predisposisi pada populasi tertentu, seperti penyakit komorbid,
untuk berkembangnya dermatitis seboroik. Meskipun dermatitis seboroik hanya
terdapat pada 3% populasi, tetapi insidensi pada penderita AIDS dapat mencapai
85%. Mekanisme pasti infeksi virus AIDS memacu onset dermatitis seboroik
(ataupun penyakit inflamasi kronik pada kulit lainnya) belum diketahui1.
Berbagai
macam pengobatan dapat menginduksi dermatitis seborok. Obat-obat tersebut
adalah auranofin, aurothioglucose, buspirone, chlorpromazine, cimetidin,
ethionamide, griseofulvin, haloperidol, interferon alfa, lithium, methoxsalen,
methyldopa, phenothiazines, psoralens, stanozolol, thiothixene, and
trioxsalen4.
2.4
Klasifikasi dan manifestasi klinis
a)
Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon
peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang
mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
·
Dermatitis kontak iritan (mekanisme
non imunologik)
·
Dermatitis kontak alergik (mekanisme
imunologik spesifik)
Perbedaan
Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No.
|
|
Dermatitis kontak iritan
|
Dermatitis kontak alergik
|
1.
|
Penyebab
|
Iritan primer
|
Alergen kontak S.sensitizer
|
2.
|
Permulaan
|
Pada kontak pertama
|
Pada kontak ulang
|
3.
|
Penderita
|
Semua orang
|
Hanya orang yang alergik
|
4.
|
Lesi
|
Batas lebih jelas
Eritema sangat jelas
|
Batas tidak begitu jelas
Eritema kurang jelas
|
5.
|
Uji Tempel
|
Sesudah ditempel 24 jam, bila
iritan di angkat reaksi akan segera
|
Bila sesudah 24 jam bahan allergen
di angkat, reaksi menetap atau meluas berhenti.
|
b) Dermatitis
atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan
peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi
selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
tempatnya dilipatan atau fleksural..
c) Dermatitis
numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat
kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada
sisi ekstensor ekstremitas.
d) Dermatitis
seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit
yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai
pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher,
alis mata dan di belakang telinga.
Dermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit
yang mengandung kelenjar sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif.
Distribusinya simetris dan biasanya melibatkan daerah berambut pada kepala
meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa
terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan daerah
belakang telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai
daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal,
infra mamae, dan anogenital1.
Ø Menurut
usia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pada remaja dan dewasa
1. Pada remaja dan dewasa
Dermatitis
seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak ringan pada
kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada
belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan
peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh
(lipatan dan daerah infra mamae), kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat.
Dua tipe dermatitis seboroik dapat ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih
umum ) dan tipe pityriasiform (jarang).
Bentuknya
awalnya kecil, papul-papul follikular dan perifollikular coklat kemerah-merahan
dengan skuama berminyak. Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai bentuk
daun bunga atau seperti medali (medallion seborrheic dermatitis). Tipe
pityriasiform umumnya berbentuk makula dan patch yang menyerupai pityriasis
rosea. Patch-patch tersebut jarang menjadi erupsi3.
Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan tidur.
Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan tidur.
2. Pada bayi
Pada bayi,
dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks kulit
kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana
pada anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan
dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih
atau kuning. Gejala klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke
empat setelah kelahiran. Dermatitis dapat menjadi general. Lipatan-lipatan
dapat sering terlibat disertai dengan eksudat seperti keju yang bermanifestasi
sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi general. Dermatitis seboroik
general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan
dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang
menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure
to thrive (Leiner’s disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut
harus dievaluasi sistem imunnya3.
Ø Menurut
daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga:
1. Seboroik
kepala
2. Seboroik
muka
3. Seboroik
badan dan sela-sela
2.4
Patofisiologi
Seborik merupakan keadaan terjadinya produksi sebum yang
berlebihan pada daerah-daerah dimana kelenjar tersebut berada dalam jumlah
besar (wajah, kulit kepala, alis mata, kelopak mata, kedua sisi hidung serta
bibir atas, daerah malar (pipi), telinga, aksila, dibawah payudara, lipat paha
dan lipatan gluteus didaerah pantat). Dengan adanya kondisii anatomis dimana
secara predileksididaerah tersebut banyak dipasok kelenjar sebasea atau yang
terletak diantara lipatan kulit tempat bakteri dalam jumlah yang besar sehingga
memungkinkan adanya respon inflamasi yang lebih tinggi.
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan
penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio
asetilkolin 1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2.
Laboratorium
a) Darah : Hb,
leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan
histopatologi
2.8 Penatalaksanaan medis
Terapi dermatitis seboroik dapat meliputi:
1. Umum
Secara umum, terapi bertujuan untuk menghilangkan
sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur dengan
pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema
dan gatal dengan steroid topikal.
2. Khusus
a) Sistemik
· Antihistamin H1 sebagai penenang dan anti
gatal.
· Vitamin B kompleks.
· Kortikosteroid oral
· Antibiotik seperti penisilin.
· Preparat azol
· Isotretinoin selama beberapa tahun yang
ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.
· Narrow band UVB (TL-01)
b) Topikal
Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis
seboroik dan dandruff kronik pada stadium awal. Terapi yang dapat digunakan,
contohnya fluocinolone, topikal steroid solution.
c) Obat Alternatif
Terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea
tree oil (Melaleuca oil) adalah minyak esensial yang berasal dari Australia.
Terapi ini dapat efektif bila digunakan setip hari dalam bentuk sampo 5 %.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Identitas
Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien
mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak
kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan
apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien
dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada
keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
1.2 Pemeriksaan fisik
a. Subjektif :
Gatal
b. Objektif :
- Skuama kering, basah atau kasar.
- Krusta kekuningan dengan bentuk dan
besar bervariasi.
- ( Yang sering ditemui pada kulit kepala,
alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak,
umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum ).
- Kerontokan rambut.
1. Pola Eliminasi
§ Sering berkeringat.
§ tanyakan pola
berkemih dan bowel.
2. Pola Aktivitas dan
Latihan
§ Pemenuhan
sehari-hari terganggu.
§ Kelemahan umum,
malaise.
§ Toleransi terhadap
aktivitas rendah.
§ Mudah berkeringat
saat melakukan aktivitas ringan
§ Perubahan pola napas
saat melakukan aktivitas.
3. Pola Tidur dan
Istirahat
§ Kesulitan tidur pada
malam hari karena stres.
§ Mimpi buruk.
4. Pola Persepsi
Kognitif
§ Perubahan dalam
konsentrasi dan daya ingat.
§ Pengetahuan akan
penyakitnya.
5. Pola Persepsi dan
Konsep Diri
§ Perasaan tidak
percaya diri atau minder.
§ Perasaan terisolasi.
6. Pola Hubungan dengan
Sesama
§ Hidup sendiri atau
berkeluarga
§ Frekuensi interaksi
berkurang
§ Perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran
7. Pola Reproduksi
Seksualitas
§ Gangguan pemenuhan
kebutuhan biologis dengan pasangan.
§ Penggunaan obat KB
mempengaruhi hormon.
8. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap
Stress
§ Emosi tidak stabil
§ Ansietas, takut akan
penyakitnya
§ Disorientasi,
gelisah
9. Pola Sistem
Kepercayaan
§ Perubahan dalam diri
klien dalam melakukan ibadah
§ Agama yang dianut
3.3 Diagnosa keperawatan
Ø
.Gangguan
integritas kulit b/d
kekeringan pada kulit
Ø
Gangguan
pola tidur b/d
pruritus.
Ø
Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d minimnya pengetahuan terhadap
penyakit
3.4 Intervensi keperawatan
Ø
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
kekeringan pada kulit
Tujuan :
Kulit klien dapat kembali normal.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi:
Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
Gunakan air hangat jangan panas.
Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.
Tujuan :
Kulit klien dapat kembali normal.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi:
Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
Gunakan air hangat jangan panas.
Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.
Ø Gangguan pola tidur berhubungan dengan
pruritus.
Tujuan :
Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
1.Mencapai tidur yang nyenyak.
2.Melaporkan gatal mereda.
3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4.Menghindari konsumsi kafein.
5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Intervensi :
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
Tujuan :
Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
1.Mencapai tidur yang nyenyak.
2.Melaporkan gatal mereda.
3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4.Menghindari konsumsi kafein.
5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Intervensi :
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
Ø Kurang
pengetahuan tentang
penyakit b.d minimnya pengetahuan terhadap penyakit
Tujuan :
Terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi :
1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.
3.Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
4.Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan..
Rasional: Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali
Tujuan :
Terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi :
1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.
3.Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
4.Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan..
Rasional: Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seborrhea disebut pula dengan Dermatitis
seboroik yaitu kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa
yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah
yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata,
naso labial, bibir, telinga, dada,
axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan
kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering atau
berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya
krusta.
Dermatitis seborrheic
umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal
ini terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam
tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini akan
menghilang seiring dengan berkurangnya kadar hormon androgen.
Namun, tidak semua bayi akan mengalami
dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang mengalami
atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang terhadap bahan-bahan yang
bersifat umum. Bila reaksi menyimpang itu terjadi di kulit kepala, maka akan
timbul /dermatitis seborrheic/ bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini
tidak ditangani secara tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi.
Biasanya disertai proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai
dengan sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.
B.
Saran
Diperlukan suatu
pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang seborrhea atau
dermatitis seboroik, khususnya mengenai definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
penatalaksanaan
medis, dari dermatitis
seboroik.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Djuanda Adhi, Budimulja Unandar,
“Dermatitis Seboroik” dan “Tinea Kapitis”, dalam Djuanda Adhi, Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Ketiga, Hal
93-95, 183-185, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2002.
2. Suparlan, A., G., dkk, “Kandidiasis”,
dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi, LAB/ UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
RSUD Dokter Soetomo, Hal 15-18, Surabaya, 1994.
3. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 3. Jakarta : EGC
4.
http://3acommunityners.blogspot.com/2012/03/askep-dermatitis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar