BABI
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
MenurutSaputradanTjokroprawiro
(2010) penyakitAddisonadalahhipofungsikronikkorteks adrenal primer
akibatdarikerusakanpadakorteks adrenal.
Penyakit Addison merupakansyndromeinsufisiensikorteks
adrenal yang terjadiakibatdefesiensisekresikotisoldanaldosteron (Price, 2005)
MenurutGalemedicine (2010) penyakitAddisonadalahgangguan yang
melibatkanterganggunyafungsibagiandarikelenjar adrenal disebutkorteks. Hal
inimenyebabkanpenurunanproduksiduapentingbahankimia (hormon)
biasanyadirilisolehkorteksadrenal :kortisoldanaldosteron
B. Rumusanmasalah
Asuhankeperawataninimembahastentangdefinisi,
etiologi, klasifikasi, tanda, gejala, pemeriksaanpenunjang HIPOFUNGSI ADRENAL
C.
Tujuan
1.
Memahamidefinisi, anatomi, fisiologi, epidemiologi, patogenesis, patofisiologi,
manifestasiklinis, diagnosis, terapidankomplikasi HIPOFUNGSI ADRENAL .
2.
Meningkatkankemampuanmenulisilmiah di dalambidangkeperawatan.
3.
Memenuhisalahsatutugassystemendokrindi jurusan d3 keperawatanSekolahTinggiIlmuKesehatanInsanCendekiaMedikaJombang.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. DEFINISI
Hipofungsiatauinsufisiensi
adrenal primer (penyakitaddison) berasaldarikelenjar adrenal
itusendiridanditandaidenganberkurangnyasekresi mineralokortikoid,
glukokortikoiddan androgen. Hipofungsi adrenal
sekunderdisebabkanolehgangguansekresipituitarydarikortikotropindanditandaidenganberkurangnyasekresiglukokortikoid.Sekresialderostone,
yang merupakanmineralokortikoidutama, biasanyatidakterpengaruh.
Penyakit
Addison relativetidakumum, namunbiasmunculsaatpenderitaberusiaberapapun,
baikpriadanwanita.Hipofungsi adrenal
sekundermunculjikapasientiba-tibaberhentimenggunakan steroid
eksogensetelahmelakukanterapijangkapanjangataujikapituitarycederaakibat tumor
atauakibat proses infiltrativeatauautoimun. Jikadilakukan diagnosis
dinidanterapipenggantian yang cukup, prognosisnyabaik.
Krisis
adrenal yaitudefisiensikritisterhadapmineralokortikoiddanglukokortikoid,
umumnyamengikutistressakut, sepsis, trauma, pembedahanataupenghentianterapi
steroid padapenderitainsufisiensi adrenal
kronis.Karenamerupakankeadaandaruratmedis, krisis adrenal
harussegeraditanganidenganbaik.
B. ETIOLOGI
1. Etiologidaripenyakit Addison bentuk
primer :
·
Infeksikronis,
terutamainfeksi–infeksijamur.
·
Sel–sel kanker yang menyebardaribagian-bagian
lain tubuhkekelenjar-kelenjar adrenal.
·
Amyloidosis
·
Pengangkatankelenjar-kelenjar
adrenal secaraoperasi
2. Etiologidaripenyakit Addison
bentuksekunder :
·
Tumor–tumoratauinfeksi–infeksidari
area.
·
Kehilanganalirandarahke
pituitary.
·
Radiasiuntukperawatan
tumor-tumor pituitary.
·
Operasipengangkatanbagian–bagiandari
hypothalamus.
·
Operasipengangkatankelenjar
pituitary
C. KLASIFIKASI
1.
Hipofungsiprimer
·
Peningkatanmendadakglikortikoid.
·
Pemutusanmendadakpengunaan
steroid dandestruksi adrenal massif.
·
Sindrom
”waterhouse-friericson”:Banyakterjadiadaanak.
anak yang berhubungandenganpenyebaranbakteri di
pembuluh adrenal.
·
Gejala:
infeksisistemikolehmeningokokok (jarangolehpneumokok, gonokok, sterptokok),
hipotensiprogersif
3. Hipofungsisekunder
·
Biasanyaterjadiolehkarenagangguan
di hipotalamus.
·
Tidakadahiperpigmentasikulitdanhiponatermia.
D. PENYEBAB
1.
Hipofungsi Primer
Ø Proses autoimunsaatantibodi yang
bersirkulasibereaksisecarakhususterhadapjaringan adrenal.
Ø Adrenaloktomi bilateral.
Ø Hemoragikedalamkelanjar adrenal.
Ø Infeksi (histoplasmosis,
sitomegalovirus).
Ø Neoplasma.
Ø Tuberkulosis
4. HipofungsiSekunder
Ø Penghentianterapikortikosteroidjangkapanjangsecaramendadak.
Ø Hipopituitarisme
(menyebabkansekresikortikotropinberkurang).
Ø Pembuangan tumor yang
mensekresikortikotropin.
E.
TANDA
dan GEJALA
1. Hipofungsi Primer
·
Anoreksia.
·
Area
vitiligo (ketiadaanpigmentasi).
·
Astenia
(rasa letih yang konstan) merupakangejalautama, paling seringterlihatpadasaatstress.
·
Kulitberwarnaperunggu.
·
Kecanduanmakananasin.
·
Perut
yang menggelap.
·
Berkurangnyatoleransiterhadapstres
yang kecilsekalipun.
·
Meningkatnyapigmentasiselaputlender.
·
Mual
·
Hipotensiortostatik
·
Muntah
·
Denyutnadi
yang lemahdantidakteratur
·
Beratbadanmenurun
2.
Hipofungsisekunder
·
MiripdenganHipofungsi
Primer namun tanpa adanya hiperpigmentasi karena kadar kortikotropin dan hormon yang
menstimulasi melanosit rendah.
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaanlaboratoriumdarah
2. CT scan
3. Pemeriksaanradiografi abdominal
menunjukanadanyaklasifikasi di adrenal.
4. Tesurin
5. Uji ACTH
6. Gambar EKG
G. WOC
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Penyakit Addison biasterjadipadalaki
– lakimaupunperempuan yang mengalamihipofungsi adrenal.
2. Riwayatkeperawatan
b) KeluhanUtama
klienmengeluhmual, muntah,
anoreksia, danmudahlelah.
c)
RiwayatPenyakitDahulu
Perludikajiapakahklienpernahmenderitatuberkulosis,
hipoglikemiamaupunCaparu, payudaradanlimpoma
d)
RiwayatPenyakitSekarang
Padapasiendenganpenyakit Addison
gejala yang seringmunculialahpadagejalaawal :kelemahan, fatiquw, anoreksia,
nausea, muntah, BB turun, hipotensidanhipoglikemi, astenia (gejala cardinal).
Pasienlemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis danaxialberkurangpadaperempuan,
hipotensi arterial (TD : 80/50 mm/Hg)
e)RiwayatPenyakitKeluarga
Perludikajiapakahdalamkeluargaada
yang pernahmengalamipenyakit yang sama / penyakitautoimun yang lain.
B.PEMERIKSAAN FISIK ( Body Of System)
a) SistemPernapasan (B1 : Breathing )
Bentuk dada simetris, pergerakan
dada cepat, adanyakontraksiototbantupernapasan (dispneu), terdapatpergerakancupinghidung,
Terdapatpergesekan dada tinggi, Resonan, Terdapatsuararonkhi,
krekelspadakeadaaninfeksi
b) SistemCardiovaskuler( B2 : Bleedimg)
Ictus Cordistidaktampak, Ictus
cordisterabapada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra, Redup, Suarajantungmelemah.
c) SistemPersarafan
(B3 : Brain)
Pusing, sinkope, gemetar,
kelemahanotot, kesemutanterjadidisorientasiwaktu, tempat, ruang
(karenakadarnatriumrendah), letargi, kelelahan mental, pekarangsangan, cemas,
koma( dalamkeadaankrisis)
d) SistemEliminasiUrin (B4 : Blaeder)
Diuresis yang diikuti oliguria,
perubahanfrekuensidankrakteristikurin
e) Eliminasi
alvi (B5 : Bowel)
Diare sampai terjadi konstipasi,kram abdomen
f) Sistemmuskuluskeletaldanintegument (B6 : Bone)
Ekstremitasatas
:terdapatnyeri
Ekstremitasbawah
:terdapatnyeri
Penurunan tonus otot
C.DIANGNOSA
KEPERAWATAN
1. Kekuranganvolumecairanb.dkekurangannatrium
dan kehilangancairanmelaluiginjal, kelenjarkeringat, saluran gastrointestinal
(karenakekuranganaldosteron)
2.
Perubahannutrisi:
kurangdarikebutuhantubuhb.dintaketidakadekuat (mual, muntah,
anoreksia),defisiensiglukokortikoid
A. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX. 1: Kekurangan volume cairan b.d
kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat,
saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron)
Tujuan : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit setelah dilakukan tindakan
KH : - Pengeluaran urin adekuat (1cc/kgBB/jam0
- TTVdbn: N:80-100 x/mnt S: 36-37C , TD: 120/80 mmHg
- Tekanan nadi perifer jelas: kurang dari 3 det
- Turgor kulit elastis
- Pengisian kapiler baik kurang dari 3 det
- Membrane mukosa lembab
- Warna kulit tidak pucat
- Rasa haus tidak ada
- BB ideal: (TB-100)-10%(TB-100)
- Hasil lab dbn:
·
Ht : W:
37-47% , L: 42-52%
·
Ureum: 15-40
mg/dl
·
Natrium:
135-145 mEq/L
·
Kalium: 3,3-5,0
mEq/ L
·
Kreatinin:
0,6-1.2 mg/dl
Intervensi:
1. Pantau TTV,
catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer
R/: Hipotensi postural merupakan bagian dari hipovolemia
akibat kekurangan hormone aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat
dari penurunan kortisol
2. Ukur dan
timbang BB klien
R/: Memberikan perkiraan kebutuhan akan pengganti volume
cairan dan kefektifan pengobatan. Peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh
adanya retensi caairan dan natrium yang berhubungnn dengan pengobatan steroid
3. Kaji pasien
mengenai ada rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang,
turgor kulit jelek, membrane mukosa kering. Catat warna kulit dan temperaturnya
R/: Mengidentifikasi adanya hipovolemia dan mempengaruhi
kebutuhan volume pengganti.
4. Periksa
adanya perubahan status mental dan sensori.
R/: Dehidrasi berat menurunkan curah jantung berat dan
perfusi jaringan terutama jaringan otak.
5. Aukultasi
bising usus (peristaltic usus). Catat dan laporkanadanyamual, muntah,
dan diare.
R/: Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan
kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan
dan nutrisi
6.
Berikanperawatanmulut secara teratur
R/: membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari
dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membrane mukosa
7. Berikan
cairan oral diatas 3000cc/hari sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan klien
R/: Adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya
fungsi saluran cerna tersebut memungkinkan untuk memberikan cairan dan
elektrolit melalui oral
Kolaborasi
8. Berikan
cairan, antara lain:
Cairan NaCl 0,9% . R/: Mungkin membutuhkan
cairan pengganti 4-6Ltr.dengan pemberian cairan NaCl 0,9% melalui Iv
500-1000ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi
Larutan
glukosa . R/: Dapat menghilangkan
hipovolemia
9. Berikan obat
sesuai dosis
Kortison (ortone)atau hidrokotison (cortef) 100mg
intravena setiap 6jam untuk 24jam.
R/: Dapat mengganti kekurangn kortison dalam tubuh dan
meningkatkan reabsorbsi natrium sehingga dapat menurunkan kehilangan cairan dan
mempertahankan curah jantung
Mineral kortikoid, fludokortison, deoksikortikosteron
25-30mg/hari peroral
R/: dimulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang
tinggi yang telah mengakibatkan retensi garam berlebihan yang mengakibatkan
gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit
10. Pasang atau
pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi
R/: dapat memfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat
baik urin maupun dari lambung, memberikan dekompresi lambung dan membatasi
muntah
11. Pantau
hasil laboratorium
Hematokrit (Ht)
R/: Peningkatan kadar Ht darah merupakan indikasi
terjadinya hemokonsentrasi yang akan kembali normal sesuai dengan terjadinya
dehidrasi pada tubuh
Ureum atau kreatinin
R/: peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan
indikasi terjadinya kerusakan tingkat sel karena dehidrasi atau tanda serangan
gagal ginjal
Natrium
R/: hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui
urin yang berlebihan karena gangguan reabsorpsi pada tubulus ginjal
Kalium
R/: penurunan kadar aldosteron mengakibatkan penurunan
natrium dan air sementara itu kalium tertahan sehingga dapat menyebabkan
hiperkalemia
Dx 2: Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi
glukortikoid.
Tujuan: kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah
dilakukan tindakan intervensi
KH :
·
Tidak ada mual
muntah
·
BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)
·
Anoreksia (-)
·
Hb: W: 12-14
gr/dl , L: 13-16 gr/dl
·
Ht: W:
37-47% , L:42-52%
·
Albumin:
3,5-4,7g/dl
·
Globulin: 2,4-3,7g/dl
·
Bising usus: 5-12x/mnt
·
TTV dbn: N: 80-100x/mnt TD: 120/80mmHg
·
Temperature
kulit hangat
·
Nyeri kepala
(-)
·
Kesadaran
compos mentis
Intervensi:
1. Aukultasi
bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah
R/: Kekurangan kortisol dapat menyebabkan gejala
intestinal berat yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi dari makanan
2. Catat adanya
kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat,
nyeri kepal, sempoyongan
R/: Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut
mungkin perlu pemberian glukosa dan mengindikasikan pemberian tambahan
glukortikoid
3. Pantau
pemasukan makanan dan timbang BB tiap hari
R/: Anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan
metabolismr oleh kortisol terhadap makanan dapat mengakibatkan penurunan berat
badan dan terjadi malnutrisi
4. Berikan atau
Bantu perawatan mulut
R/: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
5. Berikan
lingkungan yang nyaman untuk makna contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak
terlalu ramai
R/: Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki
pemasukan makan.
Kolaborasi
6. Pertahankan
status puasa sesuai indikasi
R/: Mengistirahatkan gastrointestinal, mengurangi rasa
tidak enak dan kehilangan
7. Berikan
glukosa intravena dan obat obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid
R/: Memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi
pemberian glukokortikoid akan merangsang glukoneogenesis, menurunkan
pengguanaan glukosa dan membantu penyimpanan glukosa sebagai glikogen
8. Pantau hasil
lab seperti Hb, Ht
R/: Anemia dapat terjadi akibat deficit nutrisi atau
pengenceran yang terjadi akibat retensi cairan sehubungan dengan glukokortikoid
PENATALAKSANAAN
a. Medik
Terapi dengan pemberian kortikosteroid
setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 sampai 50 mg/hari
Hidrokortison (solu- cortef) disuntikan
secara IV
Prednison (7.5 mg/hari)dalam dosis
terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
Pemberian infuse dekstrosa 5%dalam
larutan saline
Fludrokortison: 0,05-0,1 mgper oral
dipagi hari
b. Keperawatan
Pengukuran TTV
Memberikan rasa nyaman dengan mengatur
atau menyediakan waktu istirahat pasien
Menempatkan pasien dalam posisi
setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan
Memberikan suplemen makanan dengan
penambahan garam
Follow up: mempertahankan berat badan,
tekanan darah dan elektrolit yang normal disertai regresi gambaran klinis
Memantau kondisi pasien untuk
mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya krisis Addison
DAFTAR PUSTAKA
Paschkis KE, Rakoff AE, Cantarow A. Clinical
Endocrinology.2 nded. New York: Harper & Brother. 1958, pp.
323-359.
William's RH. Textbook of Endocrinology, 5 th
ed. Philadelphia:W.B. Saunders Company, 1974, pp. 233-281.
Soffer LJ Disease of the Endocrine glands, 2 nd
ed. PhiladelphiaLea &Febiger, 1958, pp. 268-315.
Swyer GIM Addison's disease, Brit Med. J. 1979; 2:
25-26.
Guyton AC. Textbook of medical physiology. 6 th
ed. Philadelphia:W.B. Saunders Company. 1981, pp. 944-957.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar