Daftar Blog Saya

Selasa, 04 Desember 2012

ASKEP HYPERPITUITARY


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.  Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Selain itu banyak gangguan lain yang disebabkan karena kelebihan hormone yang dilepaskan hipofisis yang bisa menghasilkan dampak yang cukup signifikan bagi pasien.

1.2 Rumusan masalah
a.       Bagaimana konsep teori hiperpituitari?
b.      Bagaimana asuhan keperawatan hiperpituitari?

1.3 Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mampu menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan hiperpituitari.
2.      Tujuan Khusus
1.      Menjelaskan definisi dari hiperpituitari.
2.      Menjelaskan etiologi dari hiperpituitari.
3.      Menjelaskan manifestari klinis dari hiperpituitari.
4.      Menjelaskan patofisiologi dari hiperpitutari.
5.      Menjelaskan penatalaksanaan dari hiperpituitari.
3.      Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.      Mendapatkan pengetahuan tentang hiperpitutari.
2.      Mendapatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan hiperpitutari.

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih.
Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise) (Hotma Rumahardo, 2000 : 36).
Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan satu atau lebih hormone- hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise} biasanya berupa hormone- hormone hipofise anterior

2.2 Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab mencakup :
1.      Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau prolakter.
2.      Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)

2.3 Tanda dan Gejala
·         Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
·         Impotensi
·         Visus berkurang
·         Nyeri kepala dan somnolent
·         Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
·         Libido seksual menurun
·         Kelemahan otot, kelelahan dan letargi  (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
·         tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
·         gangguan penglihatan sampai kebutaan total

2.3  Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.
Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:

1.       prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan sekunder,  galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.
2.       somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan. Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali).Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.

3.       corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.


ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:
1.      perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
2.      perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan besar diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.

Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.
1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang      dari 10 mm )
 4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).
               Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV ( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa menginfiltrasi hipotalamus.

2.4  Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
2.      Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika
a.       Foto polos kepala
b.      Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
c.       Pneumoensefalografi
d.      CT Scan
e.       Angiografi serebral
3.      Pemeriksaan Lapang Pandang
a.       Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan
b.      Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik
4.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
b.      Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
c.       Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.


2.5   Komplikasi
1.      Gangguan hipotalamus.
2.      Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal primer.
3.      Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4.      Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5.      Syndrom parkinson



2.6 WOC 
 
BABIII
Konsep ASKEP
3.1 Pengkajian
a. Demografi
Kaji usia dan jenis kelamin pasien
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
b). Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
c). Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
d). Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
e). Nyeri kepala.
f). Gangguan penglihatan.
g). Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
2). Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan
3). Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga 

3.2  Pemeriksaan fisik
a.       Amati bentuk wajah.
b.      Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
c.       Adanya kesulitan menguyah.
d.      Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
e.       Peningkatan respirasi kulit.
f.       Suara membesar karena hipertropi laring.
g.      Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
h.      Disfagia akibat lidah membesar.

3.3  Diagnosa keperawatan
1.      Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
2.      Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
3.      Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor.
4.      Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.

3.4   Intervensi dan Rasional
Dx 1. Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor.
  1. Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan.
Rasional : agar perawat mengetahui apa yang dirasakan klien.
  1. Kaji skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
  1. Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
  1. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri.
Dx 2. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
  1. Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan.
Rasional : Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan perubahan tubuhnya.
  1. Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi – segi positif yang dapat dikembangkan oleh klien.
Rasional : Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali.
  1. Yakinkan klien bahwa sebagioan gejala dapat berkurang dengan pengobatan (ginekomastia, galaktorea)
Rasional : agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
Dx. 3 Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
  1. Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap fungsi seksualnya.
Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada perawat.
  1. Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Rasional : agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.
  1. Kolaborasi pemberian obat – obatan bromokriptin.
Dx. 4 Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
Dorong klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.
Rasional : agar perawat mengetahui jarak lapang klien.

3.5  Penatalaksanaan
1.      Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial (pembedahan)
2.      Kolaborasi pemberian obat – obatan seperti bromokriptin (parlodel)
3.      Observasi efek samping pemberian bromokriptin
4.      Kolaborasi pemberian terapi radiasi
5.      Awal efek samping terapi radiasi. (Nelson, 2000 : 227)



BABIV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hiperpituitari adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlrbihan satu atau lebih hormone- hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise} biasanya berupa hormone- hormone hipofise anterior.`` Penyebab tersering hiperpituitari adalah adenoma hifofise.Adenoma hipofpise merupakan 5-10% dari semua kejadian tumor intracranial, dan sering kali tinbul di lobus anterior hipofise.



DAFTAR PUSTAKA

Tucker, Susan Martin, dkk.(2000). Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis,
dan Evaluasi. Edisi5. Jakarta: EGC
Corwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maesaro, Mesa. (2010). Asuhan Keperawatan Kasus Hernotomi. Diakses 28 Maret 2011, dari
Herlambang. (2010). Sistem Endokrin. Diakses 28 Maret 2011, dari web site:
Setyawan. (2011). Hipopituitari: Makalah Sistem endokrin. Diakses 28 Maret 2011, dari web
Santa Teresa, K. (2010). Askep Gangguan Kelenjar Hipofise. Diakses 04 April 2011, dari


Tidak ada komentar: