Daftar Blog Saya

Selasa, 04 Desember 2012

ASKEP HYPOPITUITARY


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Homeostatis seluler diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin. Kedua ini berhubungan erat, khususnya di hipotalamus, yang mengatur fungsi hipofisis dan sel-sel neuro endokrin di tempat-tempat lain (sebelumnya dikenal dengan sistem Amine Precursor Uptakeang Dekarboxylation, APUD).
Aktifitas beberapa organ endokrin, misalnya hipofisis diatur oleh adanya hormon- hormon stimulator atau inhibitor yang dihasilkan di hipotalamus. Di tempat-tempat lain, seperti korteks adrenal, hormon-hormon yang diproduksi kelenjar tersebut menghambat sintesis hormon-hormon topik yang dilepas oleh hipotalamus dan hipofisis, suatu proses dikenal sebagai hambatan umpan balik (feedback inhibition). Secara umum, penyakit-penyakit sistem endokrin (endokrinopati) ditandai dengan kelebihan atau kekurangan produksi hormon, yang klinisnya berupa keadaan hipofungsi atau hiperfungsi. Gangguan-gangguan semacam ini sering kali berkaitan dengan gangguan mekanis umpan balik.
Kelainan-kelainan endokrin Hipopituitary merupakan salah satu ganjaran yang tersering dalam dunia kedokteran. Penyakit-penyakit tersebut sering memberikan tanda-tanda dan gejala yang membingungkan, dimana bila dipahami secara benar, bersama-sama dapat dijadikan patokan sebagai diagnosa yang meyakinkan. Sama lebih pentingnya, penyakit-penyakit tersebut yang sebagian cukup letal tetapi sering dapat diperbaiki dan disembuhkan.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini sebagai acuan materi pembelajaran sistem endokrin kepada para mahasiswa. Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa dapat memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipopituitary dengan baik, tepat dan benar.

1.2 Rumusan masalah
a.       Bagaimana konsep teori hipopituitari?
b.      Bagaimana asuhan keperawatan hipopituitari?


1.3 Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mampu menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan hipopitutari.
2.      Tujuan Khusus
      1. Menjelaskan definisi dari hipopituitari.
      2. Menjelaskan etiologi dari hipopituitari.
      3. Menjelaskan manifestari klinis dari hipopituitari.
      4. Menjelaskan patofisiologi dari hipopitutari.
      5. Menjelaskan penatalaksanaan dari hipopituitari.

4.      Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
  1. Mendapatkan pengetahuan tentang hipopitutari.
  2. Mendapatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan hipopitutari.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
·         Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar sendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar)
·         Hipopitutarisme is pituitary insuffisienency from destruction of the anterior lobe of the pituitary gland. (Diane C. Baughman)
·         Hipopituitarisme mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang sangat rendah. (Elizabeth C Erorwin)
·         Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C. Long)
·         Hipopituitarisme adalah disebabkan oleh macam – macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis post partum (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain – lain (Kapita Selekta Edisi:2)

2.2 Etiologi
a.       Tumor Otak   
Kebanyakan kasus hypopituitarism disebabkan adenomas hipofisis menekan jaringan normal di kelenjar, dan jarang lainnya tumor otak luar kelenjar- craniopharyngioma , meningioma , Chordoma , ependymoma , glioma atau metastasis dari kanker di tempat lain di tubuh.

b.      Infeksi, peradangan dan  infiltrasi otak
Pituitary juga dapat dipengaruhi oleh infeksi pada otak ( abses otak , meningitis , ensefalitis ) atau kelenjar itu sendiri, atau mungkin disusupi oleh sel-sel yang abnormal ( neurosarcoidosis , histiocytosis ) atau besi yang berlebihan ( hemochromatosis ). sindrom sella Kosong tidak dapat dijelaskan hilangnya jaringan hipofisis, mungkin karena tekanan luar. hypophysitis autoimun atau limfositik terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara langsung menyerang hipofisis.
c.       Vascular          
Sebagai kehamilan datang ke istilah , kelenjar pituitari wanita hamil rentan terhadap tekanan darah rendah , seperti dapat mengakibatkan bentuk perdarahan , kerusakan hipofisis akibat pendarahan setelah melahirkan disebut sindrom Sheehan . hipofisis pitam adalah perdarahan atau infark (kehilangan suplai darah) dari hipofisis.  Bentuk lain dari stroke semakin diakui sebagai penyebab hypopituitarism.

d.      Cedera Fisik    
Penyebab fisik eksternal untuk hypopituitarism termasuk cedera otak traumatis , perdarahan subarachnoid , bedah saraf , dan radiasi pengion (misalnya terapi radiasi untuk tumor otak sebelumnya).
e.       Bawaan / Keturunan
Bawaan hypopituitarism (hadir sejak lahir) mungkin hasil komplikasi persalinan sekitar, atau mungkin hasil pembangunan tidak cukup ( hipoplasia ) dari kelenjar, kadang-kadang dalam konteks kelainan genetik tertentu.  Mutasi dapat menyebabkan salah perkembangan cukup kelenjar atau penurunan fungsi.  Kallmann sindrom menyebabkan kekurangan gonadotropin saja. Bardet-Biedl dan sindrom Prader-Willi telah dikaitkan dengan kekurangan hormon hipofisis.

Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. primer bila gangguan terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat pada hipotalamus.
  1. Primer: Pembedahan, radiasi, tumor (primer atau metastasis), infeksi, infiltrasi (sarkoidosis), hemokromatosis, autoimun, iskemia (termasuk sindrom Sheehan), aneurisma karotis, trombosis sinus kavemosus, trauma.
  2. Sekunder (disfungsi hipotalamus atau gangguan pada tangkai hipotalamus): Tumor (termasuk kraniofaringioma), infeksi, infiltrasi, radiasi, pembedahan, dan trauma.
Akibat dari hipopitutarisme adalah penurunan berat badan yang ekstrim, pelisutan tubuh, atrofi semua kelenjar serta organ endokrin, kerontokan rambut, impotensi, amenore, hipometabolisme, dan hipoglikemia. Koma dan kematian akan terjadi jika tidak dilakukan terapi hormon pengganti.

2.3 Tanda dan Gejala
1.      Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda – tanda tekanan intara kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.
2.      Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).
3.      Hiperprolaktinemia: amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada wanita, impotensi pada pria.
4.      Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetes mellitus, osteoporosis.
5.      Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anak – anak.
6.      Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria, amenore pada wanita.
7.      Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari hipertiroidism.
8.      Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala – gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.
9.      Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia, dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
2.      Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika
a.       Foto polos kepala
b.      Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
c.       Pneumoensefalografi
d.      CT Scan
e.       Angiografi serebral
3.      Pemeriksaan Lapang Pandang
a.       Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan
b.      Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik
4.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
b.      Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
c.       Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.

G.    Komplikasi
1.      Gangguan hipotalamus.
2.      Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal primer.
3.      Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4.      Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5.      Syndrom parkinson


2.5 WOC


BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.1        Pengkajian Insufisiensi/defesiensi GH
Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan insufisiensi GH ini antara lain :
  1. Riwayat penyakit masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
  1. Sejak kapan keluhan dirasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita
  1. Apakah keluhan terjadi sejak lahir
Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme
  1. Berat dan tinggi badan saat lahir
  2. Keluhan utama klien :
a.       Pertumbuhan lambat
b.      Ukuran otot dan tulang kecil
c.       Tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang : tidak ada rambut pubis dan axilla, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dll
d.      Infertilitas
e.       Impotensia
f.       Libido menurun
g.      Nyeri sengggama pada wanita
  1. Pemeriksaan Fisik
a.       Amati bentuk, dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axilla dan pubis dan pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut di wajah(jenggot dan kumis)
b.      Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.
Tergantung pada penyebab hipopititarisme,perlu juga dikaji data lain sebagai sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor,maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi cerebrum dan fungsi nervus kranialis,dan adanya keluhan nyeri kepala.
  1. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
  2. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostic seperti :
a.       Foto cranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika
b.      Pemeriksaan serum darah ; LH dan FSH, GH, prolaktin, kortisol, aldosteron, testosterone, androgen, tes stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone
3.1.2 Diagnosa Keperawatan Insufisiensi GH
a. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi hormon pertumbuhan
b. Ansietas b.d ancaman atau perubahan status kesehatan
3.1.3 Intervensi Insufisiensi GH
a. Diagnosa : Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi hormon pertumbuhan
Tujuan : Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil :
  1. Klien menyatakan penerimaan diri
  2. Menunjukkan penerimaan dan berpartisipasi dalam perawatan diri
Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Ciptakan kondisi agar klien dapat dengan bebas mengungkapkan perasaan dan pikirannya tentang perubahan tubuh yang dialaminya
Agar klien dapat menerima tentang perubahan tubuh yang dialaminya.
2
Rencanakan/ jadwalkan aktivitas asuhan dengan pasien
Meningkatkan rasa control dan memberikan pesan bahwa pasien dpat mengatasinya,meningkatkan harga diri

b.Diagnosa : Ansietas b.d ancaman atau perubahan status kesehatan
Tujuan : Klien mengatakan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Kriteria Hasil :
1.dalam 2 x 24 jam klien menyatakan telah bebas dari rasa kecemasan akibat perubahan status kesehatan
No
Intervensi
Rasional
1
Observasi tingkah laku klien yang menunjukkan tingkat ansietas
Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia.Ansietas berat berkembang dalam keadaan panic dan menimbulkan perasaan terancam.
2


Pantau respon fisik.palpitasi,gerakan yang berulang-ulang,hiperventilasi,insomnia
Mengetahui respon klien yang berhubungan dengan ansietas


2.        Pengkajian pada klien dengan Insufisiensi TSH
Dampak penurunan kadar hormon TSH dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
  1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluaraga yang menderita penyakit yang sama.
  1. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
a.       Pola makan
b.      Pola tidur
c.       Pola aktivitas
  1. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
  2. Keluhan utama klien,mencakup gangguan pada berbagai system tubuh ;
a.       Sistem pulmonary
b.      System pencernaan
c.       System cardiovaskuler
d.      System musculoskeletal
e.       System neurologic
f.       System reproduksi
g.      Metabolic
h.      Emosi/psikologis
  1. Pemeriksaan fisik mencakup :
a.       Penampilan secara umum
amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh kecil dan pendek.Kulit kasar,tebal dan bersisik,dingin dan pucat.
b.      Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
c.       Perbesaran jantung
d.      Disritmia dan hipotensi
e.       Parastesia dan reflek tendon menurun
  1. Pengkajian psikososial : klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya.
  2. Pemeriksaan penunjang mencakup ; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal)
1.      Diagnosa Keperawatan Insufisiensi TSH
  1. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat dari bradikardi, penurunan hormone regulator tekanan darah
  2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan tenaga/kelelahan;ekspansi paru menurun,obesitas dan inaktivitas
1.      Intervensi Keperawatan Insufisiensi TSH
  1. Diagnosa : Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat dari bradikardi, penurunan hormone regulator tekanan darah
Tujuan : Fungsi kardiovaskular tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, nadi, irama jantung dalam batas normal
Kriteria Hasil:
  1. TD dalam rentang normal sistol 90-120 diastol 60-100
  2. Nadi dalam rentang normal 80-100 x permenit
  3. Irama jantung vesikuler
No
Intervensi
Rasional
1
Kolaborasi
Obat yang sering digunakan adalah Levotyroxine sodium (Synthroid,T4,dan Eltroxin) Observasi adanya nyeri dada dan dispneu

Pemberian obat-obatan sebagai pengganti hormone TSH yang kurang dan menyetabilkan elektrolit dalam tubuh klien
2


3
Pantau tekanan darah, nadi dan irama jantung

Anjurkan klien untuk memberitahu perawat segera bila klien mengalami nyeri dada
Mengidentifikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung yang mengancam jiwa klien
Karena pada klien dengan hipotiroidisme kronik dapat berkembang arteriosklerosis areteri koronaria akibat penimbunan lemak yang tidak di metabolism oleh tubuh

  1. Diagnosa: Pola napas tidak efektif b.d penurunan tenaga/kelelahan ;ekspansi paru menurun, obesitas dan kelemahan motorik
Tujuan : Klien dapat mempertahankan pola napas yang efektif
Kriteria hasil:
  1. RR dalam rentang normal 12-24 x permenit

No
Intervensi
Rasional
1
Amati dan catat irama serta kedalaman pernapasan
Memantau klien bila terdapat distress nafas akibat pola napas yang tidak efektif

3


4

Kolaborasi:
Kemungkinan penggunaan alat bantu untuk bernapas
Hindarkan penggunaan obat sedatif

Alat bantu bernafas membantu klien dengan TSH รข mendapatkan oksigen adekuat

Penggunaan obat sedative dapat menekan pusat pernapasan




    1. Pengkajian pada Klien dengan Insufisiensi ACTH
Pengkajian pada klien dengan Insufisiensi ACTH antara lain:
  1. Riwayat penyakit yang dapat menggali kemungkinan penyebab dan factor yang mencetuskan penurunan ACTH seperti radiasi kepala,pengangkatan hipofise atau adrenal.
  2. Keluhan yang biasanya mencakup kelelahan, letargi dan tidak mampu beraktivitas. Juga tidak nafsu makan,mual,muntah,diare dan nyeri abdomen.
  3. Tanyakan pada klien apakah terjadi penurunan BB selama enam bulan terakhir, bagaimana masukan garamnya.
  4. Pada klien wanita tanyakan pola menstruasinya, pada klien pria tanyakan apakah mengeluh impotensi
  5. Tanyakan apakah klien menderita tuberkolosis, karsinoma paru, atau infeksi menahun kuman gram negative, karena kesemuanya ini dapat menyebabkan hipofungsi idiopatis.
  6. Pemggunaan obat-obatan baik masa lalu maupun sekarang; seperti golongan steroid ,antikoagulan dan sitotoksik
  7. Banyak berkeringat, nyeri kepala, takikardi dan tremor dapat dijumpai bila klien mengalami hipoglikemia.
  8. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang buruk,mukosa kering dan penurunan BB.
  9. Pengkajian psikososial, apakah klien tampak letargi atau apatis, bingung atau psikosa; kaji bagaimana orintasi klien terhadap orang,waktu,tempat
  10. Pemeriksaan laboratorium mencakup :
a.       Kadar kortisol dan aldosteron serum.
b.      Kadar ACTH serum
c.       BUN
d.      Kadar glukosa darah
e.       Pemeriksaan leukosit
f.       Pemeriksaan urin terhadap 17 OHC dan 17 steroid
g.      Pemeriksaan radiologi

      1. Diagnosa Keperawatan insufisensi ACTH
  1. Kekurangan volume cairan b.d kelebihan natrium ekstra vaskuler dan kehilangan cairan melalui ginjal,kalenjar keringat,saluran gastrointestinal
3.3.2 Intervensi Keperawatan Insufisiensi ACTH
  1. Diagnosa: Kekurangan volume cairan b.d kelebihan natrium ekstravaskuler dan kehilangan cairan melalui ginjal, kalenjar keringat, saluran gastrointestinal
Tujuan : Menunjukkan adanya keseimbangan cairan
Kriteria Hasil:
  1. Klien mendapatkan kembali keseimbangan volum cairan intake = volum cairan output
No
Intervensi
Rasional
1
Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi,kekuatan dan nadi perifer
Mengidentifikasi perubahan yang terjadi akibat kehilangan volum cairan berlebih
2
Periksa adanya perubahan dalam status mental dan sensori
Dehidrasi berat menurunkan curah jantung dan perfusi jaringan terutama di otak



BAB IV
PENUTUP

    1. Kesimpulan
Hipopituitari adalah penurunan/tidak adanya sekresi hormon kelenjar hipofisis anterior. Hipopituitari sering di sebut juga hipofungsi kelenjar hipofisis. Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitari) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofifsis sendiri atau pada hipotalamus.



DAFTAR PUSTAKA

Tucker, Susan Martin, dkk.(2000). Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis,
dan Evaluasi. Edisi5. Jakarta: EGC
Corwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maesaro, Mesa. (2010). Asuhan Keperawatan Kasus Hernotomi. Diakses 28 Maret 2011, dari
Herlambang. (2010). Sistem Endokrin. Diakses 28 Maret 2011, dari web site:
Setyawan. (2011). Hipopituitari: Makalah Sistem endokrin. Diakses 28 Maret 2011, dari web
Santa Teresa, K. (2010). Askep Gangguan Kelenjar Hipofise. Diakses 04 April 2011, dari
Brunner dan Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Rumahorbo, H. (2000). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: EGC
Armstrong. (1972). Anatomy and Physiology for Nurses. United States of America : the
Williams & Wilkins Company, Baltymore

Tidak ada komentar: