Daftar Blog Saya

Kamis, 13 Desember 2012

DIARE

KONSEP DASAR
PENYAKIT GASTRO ENTERITIS /DIARE


I. Pengertian 

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-2—ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.

Menurut WHO (1980) Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari.

Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.

a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat,dalam beberapa jam sampai 7-14 hari.

Etiologi.
Infeksi merupakan penyebab utama, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.

Patogenesis.
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk,rotavirus), tangan yang terkontaminasi (clostridium difficile),atau melalui aktifityas seksual.
Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor pejamu (host).

Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu:

1. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa.
Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V.cholerae, enterotoksigenik E.Coli (ETEC), C.Perfringers, S.Aureus dan Vibrio-nonaglutinabel.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan meninggalkan dubur secara deras dan banyak.


2. Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif.
Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah enteroinvasive E.Coli (ETEC)S.Paratyphi B, S.Typhimorium, S.Enteriditis, S.Choleraeus, Shigella, YErsinia, dan C.Perfringens tipe C.

Manifestasi klinis
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang, perut, demam dan diare.
Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
Gangguan kimiawi seperti asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi pernafasan menjadi lebih cepat, tekanan darah menurun, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.

Diagnosis
1. Anamnesis
- Siapa yang terkena diare?
- Dimana terjadinya kontak dengan mikroorganisme ?
- Adakah orang lain disekitar yang terkena ?
- Apa yang dimakan atau diminum sebelum terkena diare ?

2. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan muntah, nausea, demam dan nyeri perut.
Pada infeksi bakteri invasive akan ditemukan nyeri perut yang hebat, demam yang tinggi, dapat ditemukan tanda perforasi yang membutuhkan pembedahan.

3. Pemeriksaan Penunjang 
- Pemeriksaan darah tepi lengkap
- Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan berat jenis plasma.
- Pemeriksaan urine lengkap.
- Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur.
- Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.
- Pemeriksaan sediaan darah malaria.




Penatalaksanaan 
1. Rehidrasi sebagai prioritas pengobatan.
2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi.
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform, selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah.
3. Terapi simtomatik.
Obat anti diare bersifat simtomatk dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan rasional
4. Terapi definitif
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi.

b. Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu.

Etiologi
Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui

Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi usus dan motilitas usus. Gangguan proses mekanik dan enzimatik, diserati gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk. Sedangkan peningkatan motilitas berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik yang akan mempengaruhi pola defekasi.

Diare kronik dibagi tiga, yaitu :
1. Diare osmotik
Faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan absorpsi karbohidrat, lemak, atau protein dan tersering adalah malabsorpsi lemak. Feses berbentuk steatore.
2. Diare sekretorik
Gangguan transfor akibat adanya perbedaan osmotik intralumen dengan mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit kedalam lumen usus dalam jumlah besar. Feses berbentuk air.
3. Diare inflamasi
Terjadinya kerusakan dan kematian eritrosit disertai peradangan. Feses berdarah.


Penatalaksanaan 
a. Simtomatis
1. Rehidrasi
2. Antispasmodik, antikolinergik (antagonis stimulus kolinergik pada resptor muskarinik )
3. Obat anti diare
- Obat antimotilitas dan sekresi usus
- Ooklreatid (sandostatin)
- Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksik.
4. Antiemetik (metoklopramid, proklorprazin, domperidon )
5. Vitamin Dan Mineral
6. Obat Ekstrak Enzim Pancreas
7. Alumunium Hidroksida
8. Fenotiazin dan asam nikotinat.

b. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun noninfeksi. Pada diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.





Daftar pustaka
Mansjoer,Arif,Dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1,Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ,Jakarta 1999





KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Identitas Pasien
 Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status marital, suku / bangsa, keluarga, nomor registrasi, alamat, tanggal MRS.

2. Keluhan Utama
 Biasanya pasien datang dengan keluhan diare maupun muntah-muntah terkadang sampai ketingkat dehidrasi, syok.

3. Riwayat Penyakit Sekarang
 Dalam hal ini ditanyakan pada pasien / keluarga mengapa sampai mengalami diare? Apakah karena bahan makanan yang terkontaminasi virus, bakteri, racun atau karena mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan tertentu.
 Juga tanyakan apa saja yang sudah dilakukan pasien atau keluarga untuk mengatasi keadaan tersebut.

4. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga pasien ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan yang dialami pasien.

5. Pengkajian Fisik
a. Inspeksi
Perahatikan apakah pasien tampak pucat, lesu lemah kualitas suara, kesadaran dan BB pasien, mukosa mulut.
b. Palpasi
Periksa turgor kulit dan keadan otot.
c. Auskultasi dan perkusi jika diperlukan.
6. Pemerikasaan Tanda Vital
Untuk ini diperiksa tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan suhu tubuh.
7. Pengakajian Kebutuhan Fisik, Mental Dan Sosial
Digali data tentang :
- Aktifitas dan istirahat pasien setiap hari
- Kebersihan diri, pola nutrisi tubuh
- Eliminasi
- Hubungan dalam keluarga dan lingkungan masyarakat
- Kemampuan beradaptasi
- Keadaan tempat tinggal dan kebersihan lingkungan.


8. Pemeriksaan Diagnostik
Biasanya diperiksa :
- Feses dan kalau ada muntahnya
- Periksa darah untuk mengukur BJ plasma (bila perlu )

9. Rencana Diagnosa

Diagnosa 1
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pasien mengalami diare dan muntah yang ditandai dengan pasien BAB encer lebih dari 3 kali perhari dan turgor kulit jelek.pasien lemah.

Tujuan : mengembalikan keseimbangan cairan tubuh dengan patokan BAB pasien kembali normal dalam waktu 6 jam setelah diberikan tindakan.
Intervensi
- Menimbang berat badan
- Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang (rehidrasi) baik secara infuse maupun peroral (sesuai kebutuhan diperhitungkan 0
- Pemberian obat-obatan sesuai pesanan doter
- Kontrol BAB pasien dan vital sign
- Control input dan output cairan.

Diagnosa 2
Gangguan pemenuhan nutrisi tubuh berhubungan dengan pasien mengalami mual dan muntah atau syok dan gangguan kesadaran yang ditandai dengan pasien tidakdapat makan.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi selama pasien mengalami GE
Intervensi :
- Beri obat anti mual dan muntah sesuai rencana dokter
- Beri nutrisi lewat NGT bila pasien mengalami gangguan kesadaran
- Berikan diet bubur saring

Diagnosa 3
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan rasa tidak enak pada anus karena sering BAB encer
Tujuan : kebutuhan rasa nyaman pasien dapat terpenuhi
Intervensi
- Sarankan bila selesai BAB mengeringkan daerah anus
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian dalam keadaan kering, bersih dan nyaman.
- Berikan terapi sesuai dengan instruksi dokter.
Diagnosa 4
Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyakit yang dideritanya ditandai pasien mengalami gangguan psikis seperti marah, nonkooperatif terhadap tindakan perawat dan medik.
Tujuan : mengembalikan konsep diri pasien
Intervensi
- Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita juga tentang proses penyembuhannya.
- Berikan dorongan pada pasien agar tidak terganggu psikisnya karena penyakit ini biasanya tidak berlangsung lama asal pasien mentaati aturan terapi yang diberikan.
- Anjurkan keluarga pasien untuk tetap lebih memperhatikan pasien agar ia tidak merasa terasing.

Diagnosa 5
Potensial terjadinya penularan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan personal hygiene .
Tujuan : tidak terjadinya penularan penyakit terhadap keluarga pasien dan petugas kesehatan yang bersangkutan.
Intervensi :
- Berikan informasi tentang penyakit kepada pasien dan keluarga baik secara diskusi maupun penjelasan, serta tentang pentingnya personal hygiene dalam kaotannya pengan penyakit.
- Mengisolasikan pasien, isolasi tentang muntahan, pakaian.
- Petugas kesehatanyang terkait dalam perawatan pasien harus selalu menjaga personal hygiene.

Diagnosa 6
Potensial terjadinya obstruksi jalan nafas berhubungan dengan pasien muntah baik dalam keasaan sadar maupun pada pasien yang mengalami gangguan kesadaran.

Tujuan : tidak terjadi obstruksi jalan nafas
Intervensi :
- Kalau pasien muntah berikan / atur posisi yang tepat, agar tidak menghambat jalan nafas saat muntah
- Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat anti muntah

Evaluasi
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai maksimum 6 jam setelah diberikan tindakan
2. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
3. Kebutuhan rasa nyaman tidak terganggu
4. Tidak ada gangguan konsep diri
5. Tidak terjadi penularan penyakit.
6. Tidak terjadi gangguan jalan nafas

Sumber pustaka :

Doengoes, Marilynn E, et al.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3,EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar: