Daftar Blog Saya

Rabu, 05 Desember 2012

ASKEP Furunkel


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Furunkel merupakan satu jangkitan kulit yang biasa terjadi pada neonatus,biasanya juga merupakan radang atau infeksi yang disebabkan oleh kuman atau bakteri staphylococcus aureus.bila ada gatal pada kulit lalu di garuk sedangkan kebersihan kurang terjaga,sehingga masuk bakteri dan terjadi infeksi,dan timbul furunkel atau bisul
Furunkel mungkin saja muncul sejak bayi bahkan pada bayi baru lahir.Ibu-ibu terutama yang baru punya anak umumnya takut memandikan dan mengeramasi bayi nya.Pada bayi kulitnya masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan,fungsinya belum berlangsung dengan baik,sehingga rentang terhadap berbagai gangguan dari lingkungan.Fungsi kulit bayi yang masih dalam perkembangan ini ndan belum sempurnanya berbagai fungsi komponen-komponen penting pada kulit,membuat si kecil mudah sekali terserang organisme seperti virus bakteri dan jamur.

1.2  Rumusan Masalah
1)      Apakah penyakit furunkel itu?
2)      Apa yang menyebabkan penyakit furunkel?
3)      Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit furunkel?
4)      Bagaimana asuhan keperawatan penyakit furunkel?
1.3  Tujuan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan furunkel.
Tujuan Khusus
1)      Mampu menjelaskan definisi furunkel
2)      Mampu menjelaskan etiologi/penyebab penyakit furunkel
3)      Mampu menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan penyakit furunkel
4)      Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit furunkel.


BAB II
PEMBAHASAN


1.1  Pengertian

Furunkel adalah Infeksi akut dari satu folikel rambut dan jaringan disekitarnya yang biasanya mengalami nekrosis disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Furunkel merupakan tonjolan yang nyeri dan berisi nanah yang terbentuk dibawah kulit ketika bakteri menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada satu atau lebih folikel rambut. Furunkel juga merupakan infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus disekitarnya.
Furunkel atau bisul merupakan inflamasi akut yang timbul dalam pada satu atau lebih folikel rambut dan menyebar kelapisan dermis sekitarnya. Kelainan ini lebih dalam daripada folikulitis. (furunkolosis mengacu pada lesi yang multiple atau rekuren) furunkel dapat terjadi pada setiap bagian tubuh kendati lebih prevalen pada daerah-daerah yang mengalami iritasi, tekanan, gesekan dan perspirasi berlebihan, seperti bagian posterior leher, aksila atau pantat (gluteus).
Furunkel dapat berawal sebagai  “jerawat“  yang kecil, merah, menonjol dan kerasa sakit. Kerap kali infeksi ini berlanjut dan melibatkan jaringan kulit serta lemak subkutan dengan menimbulkan nyeri tekan, rasa sakit dan sellulitis didaerah sekitarnya. Daerah kemerahan dan indurasi menggambarkan supaya tubuh untuk menjaga agar infeksi terlokalisasi. Bakteri (biasanya stapilococcus) menimbulkan nekrosis pada jaringan tubuh yang diserangnya. Terbentuknya bagian tengah bisul yang khas terjadi beberapa hari kemudian. Kalau hal ini terjadi, bagian tengah tersebut berwarna kuning atau hitam, dan bisul semacam ini dikatakan oleh orang awal sebagai bisul “yang sudah matang”.

2.2 Etiologi
a) Bakteri : stafilokokus aureus, berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-1,5µm, susunan bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu.
b) Bakteri lain atau jamur
            Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha dan bokong.
 Akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung,telinga,atau jari-jari tangan.

2.3 Gejala Klinis
Mula-mula modul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut, kemudian menjadi pustula dan mengalami nekrose dan menyembuh setelah pus keluar dan meninggal sikatrik. Proses nekrosis dalam 2 hari – 3 minggu.
·         Nyeri, terutama pada yang akut, besar, di hidung, lubang telinga luar.
·          Gejala konstitusional yang sedang (panas badan, malaise, mual).
·          Dapat satu atau banyak dan dapat kambuh-kambuh.
·          Tempat predileksi : muka, leher, lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan, pantat dan daerah anogenital.

2.4 Gambaran Klinis
a.       Muncul tonjolan yang nyeri, berbentuk halus, berbentuk kubah dan bewarna merah   disekitarnya
b.      Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai 3-10 cm atau bahkan lebih
c.       Demam dan malaise sering muncul dan pasien tampak sakit berat
d.      Jika pecah spontan atau disengaja, akan mongering dan membentuk lubang yang kuning keabuan pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi
e.       Waktu penyembuhan kurang lebih 2 mg
f.       Jaringan parut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.

2.4 Patofisiologi
Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka, goresan atau robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi stafilokokus aureus adalah mengerahkan sel PMN ketempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokolin TNF (tumor necrosis factor) dan IL (interleukin) yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang teraktivasi, hal tersebut menyebabkan inflamasi dan terbentuklah pus (gab sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati).

2.5 Komplikasi
a.       Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang nantinya bisa menjadi meningitis.
b.      Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c.       Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal
d.      Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh higine yang buruk.

2.6    Penatalaksanaan
a.       Bila furunkel disertai demam berikan antibiotic sistemik.
b.      Jika infeksi berat atau pada area berbahaya dosis antibiotik maximal harus diberikan dalam bentuk parenteral.
c.       Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase sangat diperlukan.
d.      Jika infeksi berulang atau ada komplikasi, periksa kultur perlu dilakukan.
e.       Terapi antimicrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang dan berubah.

 
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1  Pengkajian
v  Identitas
  1. Nama
  2. Umur   : Bisa terjadi pada semua kalang umur terutama pada usia remaja/masa pubertas.
  3. Jenis kelamin   : Terjadi pada laki-laki dan perempuan
  4. Agama dan suku bangsa
v  Keluhan Utama
  1. Nyeri pada daerah peradangan folikel rambut
  2. Badan panas,gatal-gatal pada kulit
  3. Gangguan pencernaan seperti mual, malaise dan muntah
  4. Malu dengan kondisi sakitnya,menarik diri.
v  Riwaya penyakit sekarang
Pasien tampak malu,menggaruk-garuk di kulit, kulit tampak luka,suhu meningkat.
v  Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada keluarga riwayat penyakit yang dialami pasien seperti: apakah pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama dan apakah keluarga mempunyai penyakit yang sama.
v  Riwayat penyakit dalam keluarga
Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit keturunan dalam keluarganya.

3.2   Pemeriksaan fisik
v  Tanda –tanda vital
TD,N,RR = normal/meningkat
S= meningkat

3.3    Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri b/d respon inflamasi lokal sekunder dari kerusakan saraf perifer kulit.
2.    Hipertermia b/d respon inflamasi sistemik .
3.    Kerusakan integritas kulit b/d nekrosis lokal sekunder dari akumulasi pus pada jaringan folikel rambut .

3.4              Intervensi

1.    Dx :  Nyeri b/d respon inflamasi lokal syaraf prifer kulit.
Tujuan :  Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang
KH :  a. Secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat di adaptasi.
Skala nyeri 0-1 (0-4).
b. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri.
c. Px tidak gelisah
Intervensi :
1)   Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST.
R/ :  menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang di perlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan
2)   Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninfasis.
R/ : Pendekatan dengan mengunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan ke efektif kenyamanannya.
3)   Beri kompres hangat. untuk mempercepat kematangan furunkel atau bisil kompres dengan kain basah dan hangat lakukan selama 20 menit 3x tiap hari.
R/ :  Untuk mempercepat kematangan furunkel atau bisil kompres dengan kain basah dan hangat lakukan selama 20 menit 3x tiap hari.
4)   Kolaborasi untuk ektrasi pus.
R/  : Untuk mengevakuasi pus dengan tindakan insisi kecil dengan scalpel akan memepercepat kesembuhan karena tegangan akan berkurang dan evakuasi pus serta jaringan nekrotik yang lepas terjadi secara langsung.
5)   Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian analgesic.
R/ : Analgesik meblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.

2.    Dx : Hipertermia b/d respon inflamasi sistemik
Tujuan : Suhu tubuh menurun
KH : suhun tubuh normal
Intervensi Keperawatan :
1)   Lakukan TTV pada pasien, terutama perhatikan suhu
R/ : Untuk mengetahui/ memantau suhu tubuh pasien(tingkat hipertermi)
2)   Kompres dingin di kepala dan aksila
R/ : Memberikan respon dingin  pada pusat pengatur panasdan pada pembuluh darah besar
3)   Pertahankan tirah baring total selama fase akut
R/ : Mengurangi peningkatan proses metabolisme umum
4)   Pertahankan asupan cairan minimal 2.500 ml/hari
R/ : Sebagai pemenuhan hidrasi tubuh, juga akan menurunkan panas.
5)   Kolaborasi dalam pemberian analgesik-antipiretik.
R/ : Untuk penurunan respon nyeri, dan menurunkan panas tubuh.

3.    Dx : Kerusakan integritas kulit b/d nekrosis lokal sekunder dari akumulasi pus pada jaringan folikel rambut .
Tujuan : Intergritas kulit membaik secara oktimal.
KH : Pertumbuhan jaringan meningkat keadaan luka membaik pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi luka menutup.
Intervensi:
1)   Kaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien.
R/ : Menjadi data dasar untuk memberikan intervensi perawatan luka.
2)   Lakukan nekrotomi.
R/ : jaringan nekrotik pada luka furunkel akan memperlambat proses epitelisasi jaringan luka.
3)   Tingkatkan asupan nutrisi.
R/ : diet TKTP untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertmbuhan jaringan.
4)   Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan.
R/ : apabila masih belum mencapai dari KH maka perlu dikaji ulang factor-faktor penghambat pertumbuhan luka.

 
 
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan

Furunkel dapat berawal sebagai  “jerawat“  yang kecil, merah, menonjol dan kerasa sakit. Kerap kali infeksi ini berlanjut dan melibatkan jaringan kulit serta lemak subkutan dengan menimbulkan nyeri tekan, rasa sakit dan sellulitis didaerah sekitarnya. Daerah kemerahan dan indurasi menggambarkan supaya tubuh untuk menjaga agar infeksi terlokalisasi. Bakteri (biasanya stapilococcus) menimbulkan nekrosis pada jaringan tubuh yang diserangnya. Terbentuknya bagian tengah bisul yang khas terjadi beberapa hari kemudian. Kalau hal ini terjadi, bagian tengah tersebut berwarna kuning atau hitam, dan bisul semacam ini dikatakan oleh orang awal sebagai bisul “yang sudah matang”.



4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna,untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA

Arndt K.A., Robinson J.K., Wintroub B.U., dan LeBoit P.E. 1997. Dermatology:Cutaneous Medicine and Surgery in Primary Care. Philadelphia: WB Saunders
Burd R.2006. Furunkel. In: Lebwohl M.G., Heymann W.R., Bert-Jones J.et al.Treatment of Skin Disease: Comprehensive Therapeutic Strategies. London:Mosby
Price S.S. dan Wilson L.M.1995.Patofisiologi,Konsep Klinis Proses –proses Penyakit.Edisi 4. Jakarta: EGC
Muttaqin Arif,dkk.2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta: Salemba Medika









Tidak ada komentar: